Pintar kenali emosi bikin karir cepat meroket?

KARIR

MENURUT Merdeka.com – Seorang psikolog dari Universitas Bonn di Jerman, mengatakan bahwa kemampuan seseorang dalam mengenali emosi dapat membantunya meningkatkan karir.

Gerhard Blickle bersama timnya telah mengadakan sebuah studi yang menunjukkan bahwa kemampuan seseorang dalam membaca emosi dapat membantunya menavigasi lingkungan kerja – yang berdampak pada peningkatan karir.

Menurut Blickle, orang-orang yang unggul dalam mengenali emosi dianggap lebih terampil secara sosial dan politik. Dalam studi ini, terdapat 142 orang dewasa yang diminta untuk melihat gambar dan mendengarkan rekaman dari aktor dan anak-anak saat mengekspresikan perasaan mereka.

Para peserta kemudian diminta untuk mengatakan apakah emosi – sedih, marah, kebahagiaan, dll – yang berada di balik ekspresi tersebut. Tingkat keberhasilannya rata-rata 77 persen, dengan hanya beberapa orang yang dapat mengidentifikasi emosi dengan sangat baik – jawaban 90 persen benar, sementara peserta yang tidak mampu membaca emosi hanya mampu menjawab benar 60 persen.

Setelah dilakukan percobaan, para peneliti menindaklanjutinya dengan meminta peserta dan supervisor menjelaskan tentang politik cerdas yang mereka lakukan di tempat kerja untuk mengamankan posisi mereka. Tim kemudian mereplikasi studi ini dengan 156 peserta berbeda, dan juga telah melakukan kontrol pada jenis kelamin, usia, pelatihan, jam kerja, dan judul.

“Kami mengontrol semua varian ini,” ungkap Blickle kepada businessinsider.com. “Kemampuan seseorang dalam mengenali emosi tetap terbukti mempengaruhi pendapatannya.”

Karena kecerdasan emosional berpengaruh kuat terhadap kualitas pegawai, beberapa perusahaan yang telah berpikiran maju sudah mulai memasukkan konsep tersebut ke dalam perekrutan dan manajemen mereka.

Pada 1990-an, L’Oreal mulai menggunakan kecerdasan emosional dalam mempekerjakan tim pemasaran mereka. Dan baru-baru ini, pemilik kerajaan pizza Chicago, Lou Malnati, telah menempatkan kecerdasan emosional sebagai syarat perekrutan timnya.

Polemik kurikulum 2013, hingga diberhentikan Menteri Anies

MENTERI ANIES.

Merdeka.com – Mendikbud Anies Baswedan akhirnya menghentikan penerapan Kurikulum 2013 di sekolah seluruh Indonesia. Hal itu dikarenakan Kurikulum 2013 menyebabkan berbagai permasalahan di dunia pendidikan setelah diterapkan dalam tiga semester lalu.

Menurutnya perbaikan terhadap Kurikulum 2013 adalah persoalan biasa. Persoalannya faktor evaluasi merupakan instrumen pokok dalam manajemen organisasi secara umum.

Ia menjelaskan, pemerintah sebelumnya telah banyak mencoba berbagai macam kurikulum. Namun, pemerintah juga lupa, penerapan tersebut tak dibarengi dengan evaluasi terhadap tingkat keberhasilannya.

Setelah menghentikan kurikulum 2013, Anies mengatakan, pelatihan terhadap guru-guru tetap dilanjutkan.

Keputusan ini kemudian memunculkan polemik. Berikut polemik pemberhentian kurikulum 2013.